Salam Tani !!! Rekan-rekan
Gerbang Pertanian
semua, kali ini maspary akan memposting hasil tulisan saya yang pernah
saya gunakan sebagai materi pada penyuluhan Posdaya di Kabupaten
Banyumas. Tentunya sasaran saya kali ini bukan hanya masyarakat petani
saja akan tetapi pada semua masyarakat yang peduli akan lingkungan
terutama masyarakat kota yang notabene kebanyakan mempunyai lahannya
sempit. Silahkan disimak
DASAR PEMIKIRAN
Setiap
manusia pasti mempunyai kebutuhan yang harusnya dipenuhi entah itu
kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Baik itu kebutuhan makan,
pakaian, tempat tinggal, pengobatan, kendaraan, perhiasan dll. Namun
banyak diantara kita yang belum bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut, jangankan untuk membeli kendaraan untuk berobat atau bahkan
untuk sekedar makan saja terkadang belum bisa terpenuhi dengan layak.
Kebutuhan bisa bersifat harian, mingguan, bulanan dan bahkan tahunan.
Kebutuhan yang sifatnya tahunan biasanya kita sering tidak
merencanakannya. Bukan karena kita lupa tetapi karena memang saking
banyaknya kebutuhan didepan mata yang harus segera kita penuhi.
Dilain
sisi kalau kita memandang Negara Indonesia adalah Negara Agraris yang
gemah ripah loh jinawi. Memiliki tanah sangat luas dan subur, ada
pepatah mengatakan tongkat kayu di tancapkan saja sudah bisa jadi
tanaman. Sangat ironi dengan keadaan masyarakat miskin Negara kita.
Selain itu banyak sekali tanah-tanah disekitar rumah kita (pekarangan,
halaman dan tritisan) yang belum termanfaatkan secara maksimal. Satu dua
orang menggunakan tanah sekitar rumah hanya untuk menanam bunga atau
tanaman buah akan tetapi kebanyakan masyarakat kita hanya menganggurkan
tanah-tanah tersebut. Selain itu banyak tanah-tanah kosong menunggu
dibangun yang hanya ditumbuhi rumput alang-alang. Coba kita bayangkan
alangkan mulianya jika kita bisa memanfaatkan tanah-tanah kosong
tersebut. Tapi untuk memanfaatkan tanah-tanah tersebut agar bisa lebih
berdaya guna juga butuh ketrampilan dan manajemen yang tepat.
Masyarakat
kita dalam satu keluarga biasanya ada bapak, ibu dan anak, terkadang
ada kakek dan nenek. Dalam satu keluarga penopang ekonominya biasanya
hanya bapak. Sedangkan ibu, anak dan kakek/nenek biasanya banyak waktu
luang yang masih bisa dimanfaatkan untuk mengurangi beban ekonomi
keluarga. Cuma yang jadi kendala adalah belum menemukan ide tau gagasan
bagaimana memanfaatkan waktu dan tenaga tersebut agar berdaya guna.
Oleh
karena itu timbulah ide atau gagasan Tabungan Jahe Organik (TAJANIK)
oleh Maspary. Bagaimana kita memadukan dua hal yang belum bermanfaat
secara maksimal tersebut (waktu dan tenaga yang luang dan pekarangan
kosong) menjadi sebuah solusi untuk memenuhi salah satu dari banyaknya
kebutuhan hidup yang belum bisa kita dapatkan terutama kebutuhan yang
sifatnya jangka panjang atau tahunan.
PENGERTIAN TAJANIK
TAJANIK
merupakan singkatan dari Tabungan Jahe Organik. Istilah ini merupakan
konsep pemikiran/ skema simpanan atau tabungan dalam bentuk jahe. Konsep
ini bisa kita terapkan pada perorangan baik petani atau bukan petani,
kelompok tani, kelompok wanita tani, pemuda tani, PKK, karang taruna,
POSDAYA dll. Dua hal sebagai syarat memiliki TAJANIK adalah adanya
kemauan dan ketekunan (istiqomah). Sebenarnya TAJANIK tidak berbeda
dengan tabungan biasa yang dalam bentuk uang kita simpan di bank setiap
bulan, minggu atau bahkan sehari sekali. Cuma perbedaannya kalau
tabungan biasa yang kita simpan adalah uang dan diambil dalam bentuk
uang juga sedangkan dalam TAJANIK kita investasi bibit jahe, tenaga,
waktu, air dan pupuk organik dan dapat diambil dalam bentuk rimpang jahe
baru bisa kita jual untuk dijadikan uang.
Ada beberapa nilai lebih Tabungan Jahe Organik (TAJANIK) dibanding menabung di bank :
1.
Pekembangan modal sangat cepat. Dengan modal yang murah dalam waktu
satu tahun bisa merncapai keuntungan berlipat ganda. Keuntungan bisa
lebih dari 200%. Coba kita bandingkan dengan menabung di bank maksimal
keuntungan saat ini hanya sekitar 12 %.
2. Sangat cocok
diterapkan dalam organisasi masyarakat lemah karena TAJANIK memerlukan
modal sangat kecil dan sebaiknya dikoordinir oleh organisasi dan
dilakukan secara bersama-sama agar timbul semangat dan istiqomah. Selain
itu dalam memasarkan produk akhir tabungan jahe sebaiknya dilakukan
secara bersama-sama agar mudah menembus pasar.
3. Bisa dilakukan secara bertahap dan terus menerus sesuai dengan kemampuan perorangan/ organisasi dan keadaan pasar jahe.
PROSEDUR MEMBUAT TAJANIK (Tabungan Jahe Organik)
1.
Membuka tabungan/ rekening dengan niat dan memantabkan hati dan mengisi
tabungan pertama dengan cara membeli bibit jahe, menyiapkan wadah
(polybag, karung, pot, kotakan dari batako atau bamboo), menyiapkan
media, pupuk organik dan pupuk hayati. Jumlah dan bentuk wadah yang akan
kita pilih sangat relative tergantung ketersedia bahan baku di sekitar
kita dan ketersediaan luas tempat/ pekarangan rumah kita.
2.
Mengisi tabungan harian dengan cara menyiram tanaman jahe kita ketika
kekurangan air. Tindakan ini bisa dilakukan setiap hari, dua hari sekali
atau tiga hari sekali tergantung pada keadaan musim.
3.
Ivestasi bulanan. Agar tabungan kita semakin bertambah banyak maka kita
harus mengisi saldo tabungan kita dengan menyiram dengan pupuk organik
cair dan pupuk hayati buatan sendiri setiap bulan sekali atau kalau mau
seminggu sekali akan lebih bagus.
4. Investasi tri wulanan.
Setiap 3 bulan sekali kita harus menambahkan media tanam ke polybag
jahe, agar tabungan kita semakin besar nilainya.
5. Pemangkasan
dilakukan jika daun sudah mencapai lebih dari sepuluh helai, hal ini
juga berfungsi agar memaksimalkan tabungan jahe organik kita.
6.
Tabungan Jahe Organik (TAJANIK) bisa kita ambil setelah kita
berinvestasi selama minimal 8 bulan. Atau jika kita ingin mendapatkan
jumlah tabungan yang lebih banyak kita bisa menunda panen sampai 12
bulan atau lebih. Bahkan tabungan jahe organik ini bisa kita panen
menunggu saat harga jahe tinggi.
Kenapa harus jahe ? kok bukan
tanaman lainya seperti cabe, tomat, terong, atau tanaman obat yang lain
seperti kunir, kencur, lengkuas, temulawak dll. Maspary memilih ini
karena beberapa alasan :
1. Modal dan Resiko budidaya sangat
kecil. Dengan modal yang murah kita sudah bisa membuat tabungan jahe.
Kita bisa memperbesar tabungan sesuai dengan kemampuan modal kita.
Resiko kerugian sangat kecil tidak seperti produk pertanian yang lain
yang rentan dengan resiko kegagalan.
2. Jahe sangat mudah
dibudidayakan. Dengan pemeliharaan yang minim hanya dengan penyiraman
saja jahe sudah bisa tumbuh dengan baik. Berbeda dengan cabe dan tomat
yang lebih sulit untuk membudidayakannya.
3. Hama dan penyakit
sangat minim. Hama jahe biasanya ayam karena pemeliharaannya di
pekarangan dan penyakitnya adalah layu busuk batang jika jahe sering
terendam air. Tetapi dengan system TAJANIK biasanya jahe akan terhindar
dari serangan layu busuk batang ini.
4. Sangat mudah mendapatkan
Label Organik. Jahe organik bisa kita budidayakan dengan hanya
memanfaatkan bahan-bahan orgaik/ limbah organik disekitar rumah kita.
5.
Peluang pasar masih bagus. Sekarang banyak perusahaan farmasi Indonesia
memerlukan pasokan jahe. Pasar-pasar lokal juga masih membutuhkan
pasokan jahe.
6. Produksi dan Harga jual yang lebih bagus
daripada tanaman farmasi yang lain. Dibanding dengan kunir dan lengkuas
harga jahe selalu lebih tinggi. Sedangkan dibanding dengan kencur
produksi jahe lebih tinggi.
7. Bisa di olah sendiri. Jika ingin
mendapatkan nilai tambah tabungan jahe kita bisa mengolah sendiri hasil
panen kita menjadi jahe instan atau sirup jahe. Dengan adanya nilai jual
lebih tinggi pasti kita akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi
pula dari pada hanya menjual jahe.
8. Tahapan budidaya jahe
organik sangat sesuai dengan tahapan-tahapan orang menabung secara
konvensional. Ada membuka tabungan, menabung harian, bulanan dan tri
wulanan.
9. Panen bisa kita percepat atau kita tunda. Inilah
nilai plus dari tabungan jahe organik (TAJANIK). Tidak seperti cabe,
tomat dan sayuran lain ketika panen harus secepatnya kita jual kalau
tidak ingin hasil panen kita busuk dan tidak laku.
TEKNIS BUDIDAYA SISTEM TAJANIK (Tabungan Jahe Organik)
Sistem
budidaya jahe dengan system TAJANIK sebenarnya tidak berbeda jauh
dengan budidaya jahe dilahan tegal pekarangan. Kita hanya memodifikasi
teknis budidayanya agar mudah dikerjakan oleh wanita dan anak-anak
bahkan oleh manula (manusia usia lanjut). Oleh karena itu sebaiknya
dibudidayakan dalam pot/ polybag atau dalam petakan bertingkat dengan
gedek atau batako.
1. Menyiapkan bibit jahe, sebaiknya jahe
merah atau jahe emprit. Kedua jahe tersebut relative lebih tahan
terhadap serangan penyakit dari pada jahe gajah. Bibit jahe kita basahi
dengan larutan pupuk organik agar cepat tumbuh dan terhindar dari
serangan penyakit. Setelah basah kita taburi dengan abu dan kita simpan
pada tempat yang gelap dan lembab. Jaga kondisi bibit agar selalu
lembab, tapi jangan direndam. Kita tunggu sampai bibit jahe tersebut
mengeluarkan tunas.
2. Menyiapkan media tanam. Kita campurkan
bokasi atau bahan organik yang sudah terfermentasi sempurna dengan tanah
dengan perbandingan 1 : 3.
3. Menyiapkan tempat media tanam
TAJANIK. Tempat media tanam tabungan jahe organik bisa berupa polybag
dengan ukuran 40 cm X 60 cm atau pot yang seukuran dengan polybag
tersebut. Bisa juga kita manfaatkan karung/ kandi bekas. Atau jika kita
memiliki lahan yang lumayan luas kita juga bisa menggunakan petakan
bertingkat. Maksudnya dengan petakan dengan ukuran 1,5 m X 3 m yang
secara bertahap bisa kita susun lebih tinggi. Sebagai contoh kita bisa
menggunakan batako atau bambu yang kita keprek (dalam bahasa banyumas
namanya plupuh).
4. Memasukkan media tanam TAJANIK ke tempatnya. Pengisian media tahap pertama cukup setinggi 20 cm dulu.
5.
Setelah bibit jahe tumbuh tunas, potong ruas yang ada tunasnya lalu
tanam pada media tanam tersebut dengan jarak tanam 15-20 cm. Maksudnya
15 cm X 15 cm atau 20 cm X 20 cm.
6. Lalu kita siram dengan pupuk orgaik atau pupuk hayati. Ulangi penyiraman dengan pupuk tersebut setiap sebulan sekali.
7.
Jaga kelembaban tanah media TAJANIK dengan cara menyiram dengan air
biasa. Kalau ada juga boleh disiram dengan air cucian beras setiap
seminggu sekali.
8. Setiap tiga bulan sekali kita lakukan
pembubunan dengan cara menabur pupuk organic padat hingga rimpang yang
muncul bisa terpendam Pemupukan cukup setinggi 10 cm dalam setiap tahap.
9. Pemangkasan dilakukan setelah tanaman jahe mempunyai lebih dari 10 helai. Batang dipangkas kira-kira 1/3 dari tinggi tanaman.
10. Setelah 8-12 bulan jahe sudah siap dipanen. Panen juga masih bisa ditunda sambil menunggu harga atau pasar yang bagus.
ANALISA USAHA TANI
A. Perorangan dengan asumsi 20 polybag/ karung :
Mengeluaran :
1/2 kg Bibit jahe @ 25.000 Rp. 12.500
20 karung/ polybag @ 1000 Rp.20.000
20 media @ 5000 Rp.100.000
12 bulan Pupuk organik cair/ hayati @ 2000 Rp. 24.000
Total Pengeluaran Rp.156.500
Hasil panen @ 5 Kg x 20 polybag x Rp.5000/ kg Rp. 500.000
Hasil bersih tabungan Rp.500.000 – Rp.156.000 Rp. 344.000
B. Perorangan dengan asumsi 1 kotak batako ukuran 1,5 X 3 m:
Pengeluaran:
2 Kg bibit jahe @ 25.000 Rp. 50.000
128 Batako @ 2500 Rp. 320.000
Media 10 karung + tanah Rp. 400.000
12 bulan pupuk organic @ 10.000 Rp. 120.000
Total Pengeluaran Rp. 890.000
Hasil penjualan jahe 500 kg x Rp. 5000 Rp. 2.500.000
Hasil bersih tabungan Rp.2.500.000 – Rp.655.000 Rp. 1.610.000
CATATAN
1.
Asumsi harga jahe dibuat terendah saat ini Rp.5000/ kg, sedangkan
produksi sangat variatif tergantung cara perawatan, kualitas pupuk,
besarnya media, serangan hama penyakit dan cuaca .
2. Memang hasil tidak terlalu besar tapi jika kita hitung dari nilai investasi maka perkembangan dananya bisa mencapai 200 %
3.
Jika TAJANIK mau diterapkan dalam kelompok usaha/ kelompok tani maka
pengelolaan bisa dilakukan secara fleksibel dan secara musyawarah.
Sebagai contoh : Pengadaan bahan baku dan bibit serta penjualan
dikoordinir oleh kelompok, akan tetapi keuntungan bersih dipotong 5-10 %
untuk khas kelompok usaha. Atau mungkin bisa dibuat
kesepakatan-kesepakatan yang lain yang tidak memberatkan anggota.
4.
Pengadaan pupuk organik padat untuk media, pupuk organik cair/ hayati
sebaiknya diadakan secara kolektif oleh kelompok agar kualitas hasil
bisa seragam. Sedangkan anggota hanya diberi kewajiban untuk merawatnya
saja.
5. Agar tidak terjadi permasalahan dikemudian hari maka
sebaiknya dalam melakukan TAJANIK ini harus dicari kepastian pasar atau
perencanaan pengelolaan hasil panen.
Gambar : Penyusunan TAJANIK (Tabungan Jahe Organik) dalam karung
Gambar : TAJANIK (Tabungan Jahe Organik) dalam karung umur 1 bulanan
Gambar : TAJANIK (Tabungan Jahe Organik) kandi umur 4 bulanan
Gambar : TAJANIK (Tabungan Jahe Organi) dalam Batako umur 5 bulanan
Maspary
berharap semoga tulisan ini bisa memberikan ide, inovasi dan motivasi
pada masyarakat Indonesia, semoga bisa bermanfaat pada rekan-rekan
Gerbang Pertanian semua dan pada diri maspary. Amiin
Sukses Petani Indonesia !!
http://www.gerbangpertanian.com/2014/04/tabungan-jahe-organik-tajanik.html